Rabu, 26 November 2014

Dari Seni Hingga 3GP

Akhirnya bisa merasakan liburan. Minggu, 23 November kemarin gue liburan bareng teman-teman di kampung. Sedikit memanjakan otot-otot dari pertempuran di lapangan. Liburan kali ini memang terasa istimewa, karena kita liburan menggunakan uang hasil kemenangan dari turnamen sepak bola antar kampung. 



Tujuan liburan kami kali ini adalah Pantai Parangtritis dan Malioboro di Jogja. Berangkat pukul 08.00 hingga tiba di Pantai Parangtritis pukul 11.00. Karena tujuan wisata hanya 2 tempat, maka kami berencana menghabiskan waktu di Pantai hingga pukul 16.00, agar bisa sampai di tempat tujuan kedua yaitu Malioboro pada waktu malam hari. Dengan begitu kami bisa jalan-jalan di sana tanpa tersengat teriknya sinar matahari.

Apa yang akan kalian lakukan dipantai dari jam 11.00-16.00 di pantai? Bagi turis mancanegara mungkin waktu 5 jam terasa belum cukup untuk menghitamkan kulit mereka. Tapi untuk kita-kita yang warna kulit pun tak lagi bisa menghitam, maka waktu kami gunakan untuk bermain air hingga puas. Ya kan maklum kami ini orang yang tinggal di kaki gunung Merbabu, jadi melihat air yang begitu banyaknya, merasa begitu bahagia seperti menemukan permainan baru.

Ternyata waktu 5 jam tidaklah secepat yang dikira, belum genap 3 jam rasa lelah sudah mulai terasa. Sebagian yang masih berstamina prima terus bermain dengan besarnya ombak pantai selatan. bagi yang kelelahan hanya bisa tiduran melepas lelah sambil memandangi teman-teman yang lain berlarian seperti banci yang di grebek Satpol PP. Sebagian dari kami pun memutuskan untuk kembali ke Bus karena merasa bosan.

Bagi yang masih setia menghabiskan sisa waktu di pantai, mulai berpikir memutar otak untuk melakukan sesuatu agar waktu yang tersisa tidak terbuang cuma-cuma. Hingga akhirnya ide itu muncul tiba-tiba. Ide untuk menciptakan karya seni dari pasir pantai. Bahkan ide yang muncul tak sekedar untuk membuat seni pasir dalam bentuk istana kerajaan, melainkan bentuk yang belum pernah terbayang dalam angan gue, karena menurut gue mustahil bagi kami anak gunung bisa menciptakan seni pasir 3D sesuai dengan rencana itu. Tapi apa salahnya mencoba. Dengan mengandalkan daya imajinasi sedikit demi sedikit bentuk yang diharapkan mulai terlihat, lekak-lekuk, besar kecil, semuanya dibuat dengan hati-hati supaya terlihat begitu nyata. hingga pada akhirnya semua bentuk imajinasi itu berhasil dirubah dalam bentuk nyata.







Muahaha.. Kami memang membuat tiruan orang yang sedang terdampar di pantai. Dan yah seperti itulah hasilnya, menurut gue sendiri sih sudah mirip. Untuk hasil uji coba pertama, gue anggap itu semua sukses dan berhasil. Dan ternyata karya kami mendapat apresiasi dari pengunjung lain, tak sedikit dari mereka yang mengambil foto seni pasir yang kami buat.


Tak hanya warga lokal, turis mancanegara pun ada yang tertarik untuk mengambil gambar kami beserta karya kami. Gue sebut karya itu sebagai Sand Art: Castaway. Tapi beberapa pengunjung salah mengartikan malah mengira bahwa itu merupakan sepasang kekasih yang sedang berbuat mesum. muahaha..

Karena Karya seni rampung di garap, perhatian kami beralih pada sosok turis asing yang telah mengambil foto kami. Awalnya gue sempat salah tebak melihat sosok mungil itu, kulitnya putih alami, wajahnya mirip turis dari Korea, ternyata dugaan itu melesat. Namanya Yumi Hachiya, nama jepang tapi menurut gue gak seperti dari Jepang yang berkulit kekuningan. Dan yang sedikit mengejutkan, dia satu rombongan dengan gadis-gadis berjilbab khas pesantren dan seorang laki-laki yang mungkin guru mereka.

Dari pembimbing itu yang gue sendiri kagak tahu siapa namanya, gue coba mencari tahu siapa sosok wanita asing itu. Jadi di sini gue mencari info tentang seseorang yang gue sendiri tidak tahu siapa yang gue tanya. Sopan sekali ya? muahaha.. Seharusnya basa-basi tanya nama beliau dulu, baru menanyakan orang lain.. eehhh.... main tanya saja. Bukan hanya gue, temen-temen juga merasakan hal yang sama. Mereka penasaran dengan turis asing itu. Kami yang bermuka preman seolah menjadi sekumpulan lalat yang tengah mengerubungi kue manis.

"Dia ini dari Jepang." Kata laki-laki itu yang belakangan diketahui bernama Anggit.
"Wah Jepang? Arigato.." Kata gue reflek pada Yumi dengan sedikit membungkukkan badan. Yumi sedikit kaget mendengar ucapan terima kasih warga lokal dengan bahasa Jepang. Kalau cuma Arigato mah gue bisa, gue kan  sering nonton Japanese di 3GP, selain Arigato paling "ikeh..ikeh..ikeh.." muahaha
Keterkejutannya meredup membalas ucapan terimakasih gue diselingi tawa lalu berucap. "Sami-sami" Lhah? giliran gue yang kaget mendengarnya membalas terima kasih ku dengan bahasa Jepang yang berarti "sama-sama"
"Dia disini belajar bahasa Jawa sudah 2 tahun.. dia konsultan  dari Jepang" Ujar mas Anggit menjawab keterkejutan gue. entah konsultan dalam bidang apa, gue belum sempat mengorek lebih dalam



Sebelum pisah, sempat cari tahu sama mas Anggit mengenai pin bb si Yumi. eh dapetnya malah pin nya mas Anggit. Katanya orang jepang gak pake BBM. muahaha. tapi dapat akun fb Yumi. Dan yang penting senang, biasanya hanya melihat orang jepang dari HP engan format 3GP, kini bisa bertatap muka, berfoto bersama, berbincang ringan dengan bahasa rimba campuran Jawa, Indonesia dan Inggris. Terlebih saat seorang turis asing belajar bahasa daerah kita, suatu kebanggaan sendiri.

Duuhh... pusing nih pala, sudah sampai sini saja lah.

Tidak ada komentar: