Senin, 26 Januari 2015

Balada SIM & Bapak-bapak Penggoda


Surat Izin Mengemudi
Wokee.. Gue mau cerita pengalaman gue beberapa hari yang lalu saat melakukan perpanjangan SIM (Surat Izin Mengemudi). Sedikit menjengkelkan memang. Selain prosesnya yang luama karena antrian yang membludak, waktu itu juga bertemu bapak-bapak penggoda, padahal tampang gue kan gak murahan. Mungkin bapak itu menyadari kalau gue itu ternyata rupawan.muahaha.. enggak.. bukan godaan seperti itu yang gue maksud. Jadi ceritanya, setelah gue ngalor-ngidul ngikutin prosedur dari fotocopy berkas-berkas sampai tes kesehatan. Datanglah tawaran dari salah satu petugas.

"Dibantu apa sendiri Mas?" Kata seorang bapak yang membuat gue harus berdiam diri seribu bahasa untuk mencerna maksud pertanyaan yang diajukan.
"Kalau dibantu berapa Pak?" Tanya gue balik mulai paham arah tawaran dari bapak itu.dan inilah godaan yang gue maksud itu.
"Rp. 310,000 tinggal foto langsung jadi"
"Kalau sendiri?" Tanya gue ingin membandingkan selisih harga antara ngurus sendiri dan dengan bantuan 'orang dalam' alias instan.
"Rp. 100,000 tapi nanti harus ikut ujian, kalau gagal harus nunggu 14 hari lagi." Terang Bapaknya dengan menyebut resiko jika mengalami kegagalan saat melakukan ujian.
"Kalau gagal ujian harus nunggu 14 hari lagi dan harus ujian ulang?" gue coba korek sedikit info.
"iya."Jawabnya singkat lalu menunggu jawaban selanjutnya dari gue

"Ya sudah, sendiri saja pak." Jawab gue mantap. Si Bapak gak tau kalau gue sudah terbiasa sendiri. Buat apa pengalaman 'sendiri' (diperhalus dari kata JOMBLO) bertahun-tahun kalau ngurus SIM sendiri saja gak berani. | yaela bro, jomblo kok bangga.| ah..sory. maksud gue buat apa pengalaman ngasphalt keliling kabupaten kalau tes dasar saja gak berani.
"yakin? Nanti kalau gagal harus nunggu 14 hari lagi lho." Kembali bapak itu mencoba menggoda untuk melunturkan nyali gue.
"Gak apa-apa Pak." Jawab gue dengan semantap-mantapnya.
"Wes lak kon ngetan wae nak arep dewe!" (Dah, langsung suruh ke timur [tempat ujian] saja kalau mau sendiri!) Celetuk bapak petugas yang lain. Sepertinya dia kecewa gagal dapat uang tambahan dari gue.

Dengan percaya diri penuh keyakinan karena merasa menang telah menghadapi godaan, langsung gue langkahkan kaki menuju gedung lain tempat uji teori. Lihat perbandingannya meennn... 100.000 dan 310.000 itu lumayan banyak selisihnya.Oya, disini gue mau perpanjang SIM, bukan untuk membuat SIM baru. Dari informasi yang gue dapat di Google, ongkos perpanjang SIM memang lebih murah tak lebih dari Rp100.000. Dan sayangnya, SIM gue sudah mati hampir 12 bulan. tapi dari info yang gue dapat dari pengalaman orang-orang di Google, SIM yang mati tidak lebih dari 1 tahun masih bisa diperpanjang. Jadi gue sedikit bisa merasa lega. Memang masa berlaku kartu identitas itu kerap lolos dari ingatan. SIM gue mati hampir 12 bulan juga karena gue lupa, SIM seperti hanya menjadi pelengkap berkendara. Disimpan didompet dan jarang untuk digunakan, apalagi gue termasuk pengendara yang taat lalu-lintas. akhirnya ada juga yang bisa gue banggakan.huehue

Setelah beberapa saat ikut mengantri bersama para peserta uji teori yang lain, panggilan untuk gue terdengar. Gue dipanggil kedalam ruangan yang berbeda dari peserta lain. Di dalam ruangan itu terdapat dua orang petugas dengan seragam Polisi.Salah satu petugas basa-basi introgasi alasan SIM bisa mati setelah gue jawab, bapak itu merogoh kedalam.. | ya ampun, elo dirogoh polisi? | Ndasmuk, jangan disela to.. Bapak itu merogoh kantong sakunya dan mengambil HP, lalu menelpon seseorang menanyakan biaya yang harus gue bayar karena SIM gue mati hampir satu tahun. Setelah menutup telponnya, akhirnya gue denger kalimat demi kalimat yang memancing jantung gue berdetak lebih cepat.| ciee..ciee.. bapaknya nyatain isi hatinya ke elo?| Ho'o. cie..cie..lambemu | Bapak itu bilang cinta ke elo? | amatamu.. Bapaknya bilang, karena SIM mati bayarnya seperti biasa alias bikin SIM baru bukan lagi perpanjang SIM yang artinya biayapun harus diatas Rp.100.000.

Harapan untuk meraih harga rendah Rp.100.000 pupus sirna seketika, Bak upil yang dikorek paksa dengan ibu jari lalu dibidaskan sekuat tenaga hingga mental dan hilang sirna ditelan jarak. Gilak,yang semula berharaphanya membayar Rp.100.000 disuruh bayar Rp.300.000. Kalau gitu mah sama saja dengan petugas sebelumnya. Tapi ya mbuh ding, mungkin karena memang mati hampir satu tahun makanya gue suruh bikin baru, coba khuznudhon wae lah. Gak mau kalah, gue coba nego harga, eh diberi potongan Rp.20.000. Kuamprettt... kok bisa dinego? mungkin harga Rp.300.000 hanya harga akal-akalan. haaahh...gue mulai suudzon, karena tanpa ujian teori ataupun ujian praktek. Dari yang awalnya ingin ngurus sendiri malah jadi pakai orang dalam. Tapi karena sudah merasa malas harus gontok-gontokan, akhirnya gue nyerah juga. langsung gue bayar tuh Rp.280.000.

Jadi ringkasan pengeluaran dari awal sampai akhir adalah fotocopy + stopmap Rp3.000, tes kesehatan Rp.25.000, bayar SIM Rp.280.000 dan parkir Rp.2.000 jadi total Rp.310.000. Tapi itu lebih murah dari penawaran bapak petugas sebelumnya lho ya, yang menawarkan Rp.310.000 tidak termasuk tes kesehatan dan fotocopy.

Buat agan-agan jangan sampai telat perpanjang SIMnya. Daripada telat perpanjang dan harus bikin baru, mending tepat waktu hanya perli keluarin maksimal Rp.100.000. Coba dicek dulu masa berlaku SIM nya, kali aja sudah waktunya diperpanjang.

Minggu, 11 Januari 2015

Antara Kejemuan dan Kagetan

Sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya gue memberikan sedikit nasehat dan saran yang tak berguna ini untuk kalian semua. Nasehat untuk jangan menjadi orang yang kagetan. Orang yang dikit-dikit kaget, lihat ini kaget lihat itu kaget seperti halnya orang yang tidak pernah melihat luasnya dunia. Dan virus kagetan ini telah terindikasi mulai menyebar di Indonesia baru-baru ini.

Masih ingat dengan berita polwan cantik? tukang tambal ban cantik? Satpol PP cantik atau mungkin penjual getuk cantik? pilot berjilbab cantik? Baru-baru ini mulai muncul berita baru mengenai lurah cantik. Gue kurang paham mengapa kecantikan itu harus dibesar-besarkan sedemikia rupa. Gue ingetin ya, kecantikan tidak hanya bisa dimiliki oleh mereka yang berlimpah harta, jadi jangan kaget seolah-olah wajah rupawan yang dimiliki oleh orang-orang kaum menengah ke bawah adalah suatu hal yang tidak biasa, cenderung luar biasa dan patut untuk dilebih-lebihkan. Itu hal yang wajar meennn... Tuhan itu Maha Adil, memberikan wajah menawan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.

Sebenernya gue juga heran, perasaan tampang gue ini gantengnya gak ketulungan. Tapi kenapa tidak pernah tersorot media-media alay? apa karena tampang gue kurang alay? | muahaha... ganteng darimana? gue saja udah operasi mata 2x liat muka loe tetep aja butek. ngahaha |

Ya sudah agar kalian tidak lagi menjadi orang-orang yang terjangkit virus kagetan, gue kasih nih foto-foto mereka supaya kalian terbiasa melihat wanita cantik dan gak kaget lagi saat melihat kecantikan kaum Hawa yang tersebar dipinggir-pinggir jalan.

tambal ban cantik

pilot tempur cantik

penjual getuk setelah dimakeup

penjual getuk sebelum dimakeup

pilot komersial cantik

polwan cantik


satpol pp cantik


TNI cantik

Lurah cantik


Atau analisis gue yang lain, yang lebih positif. Sepertinya ini bukan virus kagetan tapi kejemuan cara pandang. Seperti orang kota yang terkagum-kagum melihat tumpukan terasering persawahan di perdesaan, yang merupakan hal biasa bagi warga desa karena setiap hari melihatnya. Seperti orang desa yang terkagum-kagum melihat bangunan perkantoran yang menjulang tinggi yang tak pernah ditemui di desa padahal menurut sebagian orang kota, kantor adalah tempat yang menjemukan.

Mungkin inilah yang terjadi pada orang-orang kota. Mereka terbiasa melihat pegawai kantoran cantik dengan polesan makeup dan wangi parfum yang menyeruak, blazer serta rok mini. Mereka bosan dengan itu semua dan mungkin perlu sesuatu yang berbeda dengan apa yang setiap hari mereka saksikan di kantor. Dan sesuatu yang beda tersebut adalah berupa kecantikan natural yang dimiliki wanita pekerja keras (hidup keras dijalanan) . ah embuhlah.. menurut gue sah-sah saja mengagumi kecantikan tetapi jangan sampai melebih-lebihkannya

Secuil Cerita di Pantai Sadranan , Gunung Kidul

Hari itu benar-benar membosankan. Tak ada hal baru yang bisa dilakukan untuk mengisi aktifitas harian kecuali duduk bersama bermain kartu remi tanpa adanya keseruan. Mungkin cerita akan lain jika ada keseruan dalam permainan , tapi tidak dengan hari itu. Hari dimana semua terasa sangat membosankan. Hari demi hari dilalui dengan melakukan kegiatan yang sama berulang-ulang. Sudah pengangguran eh melakukan aktifitas monoton, ya klop lah menjadi spesies madesu garis keras. muahahaha

"Gunung Kidul yuk Ro" Celetuk Bang Napi dengan ekspresi dan suara datar penuh basa-basi seperti biasanya. Memang dari dulu kawan yang satu ini selalu mancing-mancing ngajakin camping, sedangkan gue seperti biasa hanya menanggapi dengan cengingas-cengingis. Bang Napi memang demen banget camping, utamanya ke gunung. Maklum rumah kita terletak di kaki gunung Merbabu, tinggal naik dikit ya sampai.

Mungkin karena faktor geografis tempat tinggal kita yang berada di kaki gunung, menjadikan gue kurang tertarik untuk nge-camp di gunung. Malahan gue belum pernah nge-camp di gunung. Kalau ditanya pingin camping ke gunung apa enggak, ya jawabnya pingin. Tapi lebih pingin kalau campingnya di pantai.
Eittss... tunggu! Bang Napi ngajakin ke Gununhg Kidul? Bukankah di sana lebih tersohor wisata alam pantainya? waahh.. perlu dikorek lebih dalam lagi nih tawaran dari Bang Napi.

Setelah beberapa kali tawar menawar introgasi Bang Napi, dia bilang kalau rencana ke Gunung Kidul ini disponsori oleh Bro Rizal yang sedang ulang tahun. Naahh... kalau ada yang sponsori gini baru gue bisa lebih percaya. Berarti ini bukan sekedar tawaran basa-basi seperti biasa. Dan yang bikin kaget Bang Napi ini ngajaknya mendadak. Sekarang jam 14:00 baru ngajak nah berangkatnya nanti jam 15.00. Yaaahh... untungnya gue termasuk manusia simple, 1 jam cukuplah untuk persiapan. nginep satu hari bawa celana kolor kaos + sempak cukup laaahh.. muehehe

Perjalanan kali ini dianggotai 5 orang, ada Bang Napi, Bro Rizal, Bro Ali, Bro Febri dan gue sendiri. 5 orang siap berangkat dengan menunggang 3 kuda besi. Gue boncengan sama Bro Ali, Bro Rizal sama Bang Napi dan Bro Febri sendirian, biar dia tahu rasa bagaimana sepinya melakukan perjalanan jauh tanpa teman ngebrel. haha.. Walau maksud dan tujuan utama kali ini adalah camping, tapi kita punya style sendiri-sendiri. Bang Napi dan Bro Ali yang lebih berpengalaman camping sudah tentu dengan style anak gunungnya. Tas gunung dan sepatu sandal melekat ditubuh mereka. sedangkan Bro Rizal dengan Bro Febri dengan style anak kotanya sedangkan gue sendiri dengan style anak motor lengkap dengan jaket touring. Penampilan yang terlihat sangat kontras saat kami mulai berboncengan.

Bro Febri dan Bro Ali
Bro Ali dan Gue
Tujuan kali ini adalah Pantai sadranan, pantai yang masih terbilang baru (katanya) dan segaris dengan pantai Baron, Pantai Krakal, Pantai Kukup. Dari pengalaman gue yang pernah touring ke Pantai Indrayanti yang juga melewati Pantai Baron, Krakal dan Kukup pasti sangat membantu untuk mempermudah mencapai Pantai Sadranan.
ngecer bensin
tetap tertib

Perjalanan panjang tengah ditempuh. Lika-liku naik-turun serta lubang jalan mampu disikat walau  sesekali harus melakukan pengereman mendadak untuk menghindari rintangan demi rintangan yang ada. Melewati gapura ucapan selamat datang di Kota Wonosari, Bang Napi yang membonceng Bro Rizal tiba-tiba menyalip dan bilang kalau GPS di smartphone Bang Napi menunjukkan arah lain dan mengajak berbalik arah mengikuti petunjuk GPS. Seingat gue yang perah touring kedaerah itu,kita semua sudah berada di jalan yang benar. tapi mau tidak mau ya ngikut saja. Dari jalan raya kami berbalik lalu memasuki jalan kecil memasuki kampung. Lama-lama rasa ragu mulai melanda gue dan Bro Ali. Demi kebaikan bersama Bro Ali memutuskan untuk bertanya pada warga yang ditemui dipinggir jalan. Kami pun segera mengikuti petunjuk dari warga. Setelah beberapa menit menyusuri jalan, Bang Napi kembali mengikuti petunjuk GPS dan yang lain mengikuti dari belakang. dan akhirnyaa... | akhirnya ampai ya bro? | akhirnya kita tersesat. muahahaha

Mula-mula kita masuk jalanan aspal sempit hingga semakin kedalam jalan berubah menjadi cor-coran, melewati sungai-sungai kecil lalu dari cor berubah menjadi jalan bebatuan yang pada akhirnya menjelma menjadi jalanan tanah berlumpur dengan ladang di kanan kiri jalan. annjirr..


jalan berbatu
jalan setapak dan berlumpur
wajah-wajah bingung
eksis: suka dalam duka

Untungnya kita tersesat saat waktu masih sore hari. singkat cerita akhirnya kita semua berhasil sampai di Pantai Sadranan pukul 18:00 yang hampir gelap gulita . Dengen segera kami bagi-bagi tugas mendirikan tenda dan gue kebagian jatah pegang senter sebagai penerangan, sementara Bang Napi dan Bro Ali asik ngedumel saat melihat tendanya tidak utuh setelah sebelumnya dipinjam seorang teman. muahaha sabar ya Bang..
Setelah tenda berdiri dengan kokoh langsung deh cari makan di salah satu warung yang tak jauh dari tenda. Hanya dengan lauk oseng-oseng dan telur mata kranjang cukup menggoyang lidah dan melegakan perut yang sejak lama dangdutan. setelah makan tinggal berbagi cerita sambil menghabiskan waktu sebelum tidur dan menikmati malam di pantai.
nih foto-foto pagi harinya... namanya juga dadakan,maklumi saja kalau buram.muehehe




 











kaga kada yang fotoin ya foto dewe
pisan kas
cara jomblo bidik mangsa

Add caption

bangun tidur
menikmati suasana pantai pagi hari

Bang Napi dan Bro Febri

Bro Rizal, Gue, Bro Ali dan Bro Febri

Ancang2 pulang (waduh tutupen botolmu)

Bukit karang pemisah Pantai Sadranan &Pantai Slili

Pantai Slili (Berkarang)



Foto terakhir sebelum pulang

Oke.. Terakhir gue ucapin Selamat Ulang Tahun buat Bro Rizal yang mendukung penuh acara ini. Semoga kedepannya makin sukses ,sehat selalu, banggain orang tua dan ditambahkan selalu kebaikan-kebaikannya di dunia maupun akhirat. aamiinn.....