Gue mau buka tulisan kali ini dengan beberapa pertanyaan. Kalian hoby makan? Makanan favorit kalian apa? Suka yang tradisional atau modern? Simple atau table manner? Tempatnya dimana? dan pertanyaan terakhir, kapan kalian mau ajak gue makan? muehehe..
Gue tipe orang simple, makan sederhana, lidah ndeso, agak kaku makan yang ribet-ribet. Makan mie ayam saja pakai garpu gak bisa make sumpit. makan steak saja pake tangan kosong. | gak ada yang tanya muahahaha...
Nah kalian pernah denger atau mungkin pernah nyoba, menikmati makanan dalam kegelapan? Sebut saja 'Mawar'.. oh sory-sory.. sebut saja Blind cafe/resto (bukan nama sebenarnya). Dewasa ini beberapa cafe atau restoran, orang ndeso menyebutnya warung, telah menawarkan sesuatu yang unik bahkan namanya terdengar ekstrem. Mungkin sebagian dari kita telah mengetahui apa itu warung remang-remang? Dan kali ini gue mau ngebahas tempat yang lebih ekstrem dari sebuah 'kata' remang-remang. Remang-remang identik dengan tempat gelap namun dengan pencahayaan minim yang membuatnya remang-remang (samar-samar / agak gelap). Dan tempat ekstrem yang gue maksud disini adalah Blind cafe karena disini tidak hanya remang-remang melainkan sudah masuk kategori gelap gulita tanpa pencahayaan.
Jadi disini kita akan dibawa kesebuah ruangan yang gelap gulita dipandu oleh seorang mc dan ditemani sebuah lilin, kalau gak kuat lambaikan tangan pada kamera.. Sampai mana ini??? Yah intinya kalian makan di tempat gelap gulita, dimana sama sekali tidak ada cahaya dan semua benda yang dapat mengeluarkan cahaya harus dikumpulkan pada pihak Blind cafe.
Nah, katanya sih makan ditempat gelap dapat meningkatkan indera perasa lidah. Jadi makanan yang kita santap bakal terasa lebih nikmat dikarenakan indera perasa kita lebih peka saat gelap. Tapi menurut pengalaman gue, makan ditempat gelap itu benar-bear menambah rasa... rasa menjengkelkan maksudnya.
Gue pernah dulu makan malam dirumah dengan lauk ikan bandeng. Sebagai orang ndeso yang simpel dan karena gue pemberani yang mempunyai jiwa kesatria, maka gue makan dengan menggunakan tangan kosong.. | apa hubungannya antara makan, tangan kosong dan kesatria? lu kira pertempuran? | sudaahh.. simak saja...
Nah, lagi enaknya makan sambil nonton tv, eh listriknya mati.. Kebayang gak lo? Padahal bandeng itu kan penuh dengan duriduridamdam duriduridam.. Walau gue makan dengan tangan kosong yang artinya indera peraba gue sangat berguna tapi tetep saja ribet, kagak ada enaknya.. yang ada hanya pingin nyari tempat terang biar makan lebih manusiawi.
Sekarang kita pindah ilustrasinya, terutama kalian orang simple yang makan pun simple, kembangkan imajinasi kalian. Gue butuh daya imajinasi kalian.
Siap.. Bayangkan kalian makan di Blind cafe dan makanan yang dipesan adalah steak (sepertiyang pernah guelihat di TV). Menurut pengalaman gue yang makan steak bisa dihitung dengan jari tangan. Steak selalu dihidangkan kemeja pelanggan dalam keadaan panas, dimana saus steak nya saja blekutuk-blekutuk menggelembung karena mendidih. Dan lo makan itu steak yang kalau bibir lo nempel tu makanan kagak kuat dua detik dan makan dengan peralatan tempur lengkap yang artinya bukan alat peraba yang baik, maka apa yang akan terjadi? Bayangkan seperti saat kalian membayangkan yang indah-indah. begitu nyata tengah lu rasakan? nikmat? ribet? jengkel? Kalau gue orang simple, ngebayangin saja jadi ikut ribet..
Tapi, sebenarnya ada yang bisa kita pelajari dari cara makan ini. Empati, ya itulah yang bisa gue tangkap disini. Menurut gue yang belum pernah nyoba makan di blind cafe, kita bisa belajar ber-empati pada orang yang benar-benar kehilangan penglihatan mereka.
Sekali lagi gue mau ajak kalian untuk berimajinasi. Bayangkin jika kita berada dalam kondisi buta, tak hanya saat makan tapi kita benar-benar tidak bisa melihat semua yang ada didunia ini. Tak ada warna, hanya kegelapan yang tampak. Kita tak bisa melihat indahnya dunia, tak pernah tau seberapa tampan dan cantiknya orang tua kita ataupun orang-orang disekitar kita.
Saat makan, kita tak bisa menilai dan merasakan suatu makanan kecuali dengan lidah kita. Saat orang lain tertegun melihat ke-elokan tampilan makanan, kita hanya bisa menahan diri menunggu seseorang untuk menjelaskan apa yang mereka lihat. Saat makan bersama, saat semua orang sudah sibuk memilih dan menikmati makanan kesukaan masing-masing, kita hanya bisa terdiam berharap ada seseorang yang berbaik hati menyebutkan semua makanan yang tersaji di meja lalu mengambilkannya untuk kita.
Sungguh kita yang hidup dengan kelengkapan panca indera, haruslah banyak bersyukur dan menjaganya dengan baik. Dan tak pantas bagi kita melakukan hal-hal yang bersifat diskriminatif kepada mereka yang kehilangan salah satu panca indera.
Gue tipe orang simple, makan sederhana, lidah ndeso, agak kaku makan yang ribet-ribet. Makan mie ayam saja pakai garpu gak bisa make sumpit. makan steak saja pake tangan kosong. | gak ada yang tanya muahahaha...
Nah kalian pernah denger atau mungkin pernah nyoba, menikmati makanan dalam kegelapan? Sebut saja 'Mawar'.. oh sory-sory.. sebut saja Blind cafe/resto (bukan nama sebenarnya). Dewasa ini beberapa cafe atau restoran, orang ndeso menyebutnya warung, telah menawarkan sesuatu yang unik bahkan namanya terdengar ekstrem. Mungkin sebagian dari kita telah mengetahui apa itu warung remang-remang? Dan kali ini gue mau ngebahas tempat yang lebih ekstrem dari sebuah 'kata' remang-remang. Remang-remang identik dengan tempat gelap namun dengan pencahayaan minim yang membuatnya remang-remang (samar-samar / agak gelap). Dan tempat ekstrem yang gue maksud disini adalah Blind cafe karena disini tidak hanya remang-remang melainkan sudah masuk kategori gelap gulita tanpa pencahayaan.
Jadi disini kita akan dibawa kesebuah ruangan yang gelap gulita dipandu oleh seorang mc dan ditemani sebuah lilin, kalau gak kuat lambaikan tangan pada kamera.. Sampai mana ini??? Yah intinya kalian makan di tempat gelap gulita, dimana sama sekali tidak ada cahaya dan semua benda yang dapat mengeluarkan cahaya harus dikumpulkan pada pihak Blind cafe.
Nah, katanya sih makan ditempat gelap dapat meningkatkan indera perasa lidah. Jadi makanan yang kita santap bakal terasa lebih nikmat dikarenakan indera perasa kita lebih peka saat gelap. Tapi menurut pengalaman gue, makan ditempat gelap itu benar-bear menambah rasa... rasa menjengkelkan maksudnya.
Gue pernah dulu makan malam dirumah dengan lauk ikan bandeng. Sebagai orang ndeso yang simpel dan karena gue pemberani yang mempunyai jiwa kesatria, maka gue makan dengan menggunakan tangan kosong.. | apa hubungannya antara makan, tangan kosong dan kesatria? lu kira pertempuran? | sudaahh.. simak saja...
Nah, lagi enaknya makan sambil nonton tv, eh listriknya mati.. Kebayang gak lo? Padahal bandeng itu kan penuh dengan duriduridamdam duriduridam.. Walau gue makan dengan tangan kosong yang artinya indera peraba gue sangat berguna tapi tetep saja ribet, kagak ada enaknya.. yang ada hanya pingin nyari tempat terang biar makan lebih manusiawi.
Sekarang kita pindah ilustrasinya, terutama kalian orang simple yang makan pun simple, kembangkan imajinasi kalian. Gue butuh daya imajinasi kalian.
Siap.. Bayangkan kalian makan di Blind cafe dan makanan yang dipesan adalah steak (sepertiyang pernah guelihat di TV). Menurut pengalaman gue yang makan steak bisa dihitung dengan jari tangan. Steak selalu dihidangkan kemeja pelanggan dalam keadaan panas, dimana saus steak nya saja blekutuk-blekutuk menggelembung karena mendidih. Dan lo makan itu steak yang kalau bibir lo nempel tu makanan kagak kuat dua detik dan makan dengan peralatan tempur lengkap yang artinya bukan alat peraba yang baik, maka apa yang akan terjadi? Bayangkan seperti saat kalian membayangkan yang indah-indah. begitu nyata tengah lu rasakan? nikmat? ribet? jengkel? Kalau gue orang simple, ngebayangin saja jadi ikut ribet..
Tapi, sebenarnya ada yang bisa kita pelajari dari cara makan ini. Empati, ya itulah yang bisa gue tangkap disini. Menurut gue yang belum pernah nyoba makan di blind cafe, kita bisa belajar ber-empati pada orang yang benar-benar kehilangan penglihatan mereka.
Sekali lagi gue mau ajak kalian untuk berimajinasi. Bayangkin jika kita berada dalam kondisi buta, tak hanya saat makan tapi kita benar-benar tidak bisa melihat semua yang ada didunia ini. Tak ada warna, hanya kegelapan yang tampak. Kita tak bisa melihat indahnya dunia, tak pernah tau seberapa tampan dan cantiknya orang tua kita ataupun orang-orang disekitar kita.
Saat makan, kita tak bisa menilai dan merasakan suatu makanan kecuali dengan lidah kita. Saat orang lain tertegun melihat ke-elokan tampilan makanan, kita hanya bisa menahan diri menunggu seseorang untuk menjelaskan apa yang mereka lihat. Saat makan bersama, saat semua orang sudah sibuk memilih dan menikmati makanan kesukaan masing-masing, kita hanya bisa terdiam berharap ada seseorang yang berbaik hati menyebutkan semua makanan yang tersaji di meja lalu mengambilkannya untuk kita.
Sungguh kita yang hidup dengan kelengkapan panca indera, haruslah banyak bersyukur dan menjaganya dengan baik. Dan tak pantas bagi kita melakukan hal-hal yang bersifat diskriminatif kepada mereka yang kehilangan salah satu panca indera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar