"BOOOOMMMM....." Jumat (13/11/2015), dentuman keras ledakan bom terdengar dari dalam Stadion Stade de France, Paris. Ledakan terjadi saat menggelar pertandingan persahabatan sepak bola antara Perancis vs Jerman. Di titik lain, masih di kota dan hari yang sama penyerangan teroris juga terjadi. Tercatat lebih dari 150 orang meninggal dalam insiden itu. Ungkapan dukacita dari berbagai penjuru dunia dikumandangkan untuk Perancis, tak terkecuali dari pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Berbagai cara dilakukan untuk mewakili rasa prihatin dukacita mereka. Dari dunia nyata hingga dunia maya, dari sekedar kata-kata hingga memajang simbol menara Eiffel dan filter bendera Perancis di akun mereka.
Bukan Indonesia jika tidak ada kritik mengkritik. Ungkapan dukacita yang dilayangkan untuk Perancis mendapat pertentangan dari segelintir masyarakat Indonesia. Mereka menyindir bahkan menyayangkan mengapa harus berdukacita untuk Perancis. Tak hanya sampai di situ, mereka juga membuat data yamg menunjukkan perbandingan korban meninggal atas aksi teror dari berbagai negara, juga mengatakan "Bersedihlah, tapi pada tempatnya". Ada kesan mereka menganggap insiden Paris bukanlah tempat yang tepat untuk berbagi hati dan masih banyak negara yang lebih pantas untuk berbagi rasa duka.
Edan, gila, entah apa lagi umpatan keheranan yang harus diucapkan untuk merespon pernyataan mereka. Saat mereka terlalu sibuk membuat data perbandingan, menentukan pelaku teroris yang terbukti maupun belum terbukti, saat mereka membandingkan perilaku dunia berduka dan tidak berduka.. sadar dan ketahuilah sudah ada mayat yang tergeletak di Paris yang lebih penting untuk diperhatikan dan ditangani, Mayat manusia yang sama dengan mayat manusia lain di negara yang mereka perbandingkan itu.
Ketika mereka menganggap aksi solidaritas untuk Paris hanya sekedar korban pemberitaan media, ketika mereka menganggap aksi kemanusiaan sejati adalah untuk negara Palestina, Syria dll, ketika mereka menganggap aksi solidaritas untuk Paris adalah tindakan Lebay, ketika mereka menganggap kita menutup mata kepada korban Palestina, sesungguhnya mereka sendiri menutup mata dengan adanya korban di Paris.
"Solidaritas tumbuh dari hati, bukan dari data yang mempertimbangkan apa, mengapa, berapa, di mana, kapan dan siapa. Kita hanya manusia yang mencoba menjadi manusia sejati dengan cara memanusiakan manusia." CelotehSerius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar