Minggu, 25 September 2016

3Dara

Ngomong-ngomong soal temen deket. Gua punya temen deket, cewek. Cuma 3 orang yang mungkin bisa dibilang deket sama gua, deket secara batin juga deket secara lahir.. karena kita semua tetanggaan cuukk.. haha...
Kenapa gua mau nulis tentang mereka? | Karena lo jomblo dan mau pamer, bahwa lo juga punya temen cewek. | Iyak, tepat.. Biar gak terkesan jones-jones amat.. huehue... Oke gua mulai dari yang pertama:

1. Widawati Dyah Pangesti


Usianya satu tahun di bawah gua. Untuk ukuran cewek, bisa di bilang badannya tinggi (cewek desa lho ya.huehue). Wida ini temen gua sejak kecil, gua inget banget waktu dulu masih maen-maen bareng. Dia masih ingusan, sampe-sampe gua mikir kalo dia gak bakalan sembuh dari ingusan. Tiap ketemu pasti ingusan, meler gitu lah ingusnya.. muahahaha.... Terus, kalo maen cuma pake pakaian dalem doang.. Yah namanya juga jaman dulu, kalo jaman sekarang mah udah gak mungkin berani dia... huehue..

Mafia, Ini sebutan yang gua beri khusus buat dia. Lebih tepatnya mafia cowok sih. Tiap kali ketemu, yang dia bahas cuma seputaran cowok. Cowok situlah, sanalah, manalah, masalah... Banyak banget cowok yang deketin dia. Kalau dia uda cerita kek gitu, gua cuma bisa diem dengerin sambil ketop-ketop mata. Gak beda jauh ama dengerin radio.

2. Ratna Dwiastuti


Ini temen termanja dan terbaper yang pernah gua temui di muka bumi ini. Kalau si Wida tipe cewek urakan, kalo Ratna cerewet dan perajuk. Dia uda gak segan-segan gandeng tangan bahkan nggelayut manja ama gua. Terkadang hal ini terasa amat sangat khampret sekaleee.... Pernah sampe gua bilang ama dia. "Elu jangan kek gitu napa, ntar dikiranya elu pacar gua. Kan rugi di gua, gak bisa ngegebet cewek." eh dia cuma nyengir-nyengir.

Untuk si Ratna yang berbadan mungil ini, paling sering ngajak curhat dan minta saran dari gua. Gua mah seneng aja dipercaya buat teman berbagi rasa. Walau pada akhirnya saran dan pendapatku gak pernah dipake. ngahaha... Terima kasih atas apresiasinya... Dari sekian sedikit (khampret) teman yang ada, dia yang paling ahli membaca gestur gerak-gerik bahasa tubuhku. Gua yang lagi gigit bibir nahan tawa, ngumpetin senyum di balik kepalan tangan, tatapan mata, semua bahasa tubuhku gak ada yang bisa gua sembunyiin dari dia. Dia tau gua ngelakuin gerakan itu karena menyembunyikan sesuatu atau ingin ngomong sesuatu.

3. Winda Fitriani


Aahhh.. Hampir saja gua tulis Safitri di nama belakangnya.. Mengapa bayang-bayang nama mantan yang teringat jelas di luar kepala Ya Allahhhh... Dafuq..

Winda ini satu angkatan sama Ratna. Mungkin yang menyebabkan kita deket karena banyaknya kesamaan. Dari segi fisik, tinggi badan sama-sama pendek di kelasnya.muehehe..  Warna kulit yang sama-sama hitam manis, walau sebenernya terlihat jelas manisan kulitku daripada punya dia. Untuk sifat, simple menjadi kesamaan berikutnya. Untuk perbedaan, selain gender, faktor kepemilikan pacar menjadi pembeda kita. Gua doain kalian putus. huahua...

Winda ini emang gak pernah asal gandeng walau kita temen deket. Tapi ada kepercayaan tertentu yang dia berikan padaku. Dia bisa mengatakan sesuatu yang tidak akan bisa dikatakan seorang cewek normal pada umumnya. Pernah suatu ketika, tiba-tiba dia narik tangan gua dari kerumunan teman-teman yang sedang asik ngobrol. "Mas, tak ajak keluar sebentar." Ajaknya tanpa minta persetujuan. Gua tangkap ekspresi tegang di wajahnya. Gua jadi ikutan tegang ngeliatnya. Setelah dirasa cukup sepi, dia membisikkan sesuatu yang bikin gua diam mematung untuk beberapa saat. 

"Bentar mas, aku mau kentut." Huanjuirrrr..... Gua benar-benar diem tanpa kata. Jadi, ekspresi tegang yang gua tangkep di wajahnya hanya karena nahan kentut. Kalau dipikir-pikir, kenapa untuk sekedar ndobuol saja harus ajak temen? Cewek emang gitu ya? Pipis ajak temen, dobol alias kentut juga ajak temen gitu? khan khampret.... Terus apa dia berharap gua menikmati aroma kentutnya? muahaha.... uaseeemmmmm....

Yesss.... akhirnya gua singkap aib-aib mereka. huehue... Dengan memiliki teman-teman seperti mereka, gua merasa kuat menjalani kejombloan ini. haha.. Jadi saran gua buat elu lelaki jones, perbanyaklah teman cewek kalo gak sanggup macarin mereka. ngahahaa.. 

Gak papa jelek yang penting sombong.. eh.. enggak ding, gua kan ganteng dan tidak sombong... 

  • Gak papa jomblo yang penting bahagia.. Okee... muehehe...

Jumat, 16 September 2016

Lupa Ikhlas


Sepertinya segala macam bentuk kebaikan yang kita lakukan harus disertai dengan rasa ikhlas. Sayangnya, ikhlas sering kali disangkutkan dengan lupa. Ini susah. Elu belum bisa ikhlas kalau masih terngiang-ngiang segala bentuk kebaikan yang sudah elu lakukan.
Pernah suatu kali waktu zaman sekolah, seorang teman bertanya. "Tadi kamu masukin uang ke dalam kotak amal berapa?" Kujawablah nominal uang yang sudah kumasukkan. "Berarti kamu belum ikhlas. Kamu masih mengingat-ingat kebaikanmu dalam beramal...." Imbuhnya. Aku belum cukup paham mengambil benang merah antara ikhlas dan lupa, karena melupakan kejadian yang baru saja terjadi kurasa sangatlah sulit. Walau penyakit Short Memory Syndrome sudah aku dapatkan, tapi entah mengapa hal-hal baik yang kulakukan tak bisa lenyap begitu saja.

Soal amal, ikhlas dan lupa, aku pernah buat status di FB. Status yang kubuat berdasarkan kejadian nyata sehari-hari.
"Waktu asik kongkow bareng. Salah satu teman mengingatkan bahwa aku pernah marah-marah sampai misuh bajingan. Anehnya, aku hanya ingat marahnya gak ingat misuh sama sekali. Sampai teman yang lain ikut menegaskan  memang itu pernah terjadi. Umpama kebaikan yang pernah dilakukan bisa lenyap dari ingatan seperti lenyapnya umpatan itu, alangkah beruntungnya aku. Jingan ik. Muahahaha...." Tulisku.
Walau sekilas hanya tampak sebagai sebuah celotehan biasa tanpa makna, akan tetapi terbersit dalam hati sebuah keinginan seperti tersurat dalam kalimat terakhir status tersebut.

Belakangan kusadari, sepertinya doa itu mulai terjawab. Sebagai penjual pulsa di desa, hutang piutang itu pasti ada. Di sini penyakit lupa Short Memory Syndrome ku mulai ikut berperan. Seringkali aku lupa saat teman-teman berhutang. Hutang berapa? Siapa yang hutang? Sudah bayar hutang belum? Semua hal itu tak tersimpan rapi di otak. Dan anehnya seringkali aku merasa masa bodoh dengan semua itu, bayar atau belum, utang atau enggak kok ya gak terlalu aku pedulikan. Tapi ya sudahlah, emang dasarnya aku ini orang yang kurang bersedekah, semoga saja lupaku akan hutang itu dianggap sebagai sedekahku. aamiin.. huehue..

Nah mungkin, kalau kita belum bisa melupakan amal-amal kebaikan yang baru saja kita kerjakan, akan lebih baik jika kita menyiasatinya dengan diam seribu bahasa dan menyimpan kebaikan kita, biarkan hanya kita dan Tuhan saja yang tahu, tak perlu orang lain tahu. Lupa gak lupa bodo amat, yang penting kebaikan kita gak usah dipamerin. gitu saja kok repot. muahahaha.. Sebagai tambahan kubagikan sebuah hadits yang pernah disampaikan Gus Mus.

***
Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri
www.gusmus.net

Sanad Keilmuan (Hadits Musalsal) Hakikat Ikhlas
****

Kami, aku dan kakakku Kiai Cholil Bisri, mendengar dari guru kami Syeikh Yasin Al-Fadani dan ayah kami Kiai Bisri Mustofa –rahimahumuLlah, masing-2 berkata: Aku bertanya kpd Sayyid Guru Umar Hamdan tentang hakikat IKHLAS, dan beliau pun berkata: Aku pernah bertanya kepada guruku Syeikh Sayyid Muhammad Ali Al-Witri tentang hal itu dan beliau berkata, Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada guruku Syeikh Abdul Ghani Al-Mujaddidi, beliau berkata: Aku pernah bertanya kepada guruku Syeikh Muhammad Abid As-Sindi Al-Anshari, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Shiddiq bin Ali Al-Mizjaji, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada ayahku, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Hasan Al-Ujaimi, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Ahmad al-Qasysyasyi, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Ahmad Syanaawi, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada ayahku Syeikh Ali Asy-Syanaawi, dan beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani dan beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Al-Haafizh Jalaluddin As-Suyuthi, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada A’isyah binti Jaarullah bin Shaleh Ath-Thabari, beliau berkata: Aku pernah bertanya ttg hal itu kepada Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Shiddiq dan beliau berkata: Aku bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Abul Abbas Al-Hajjar dan beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Jakfar Ibn Ali AL-Hamdani, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Abul Qasim bin Basykual, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Qadhi Abu Bakar bin aL-‘Arabi, beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ismail bin Muhammad Al-Fadhal Al-Ashbihani, beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Abu Bakar bin Ahmad bin Ali bin Khalaf dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Abdurrahman Al-Baihaqi dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ali bin Sa’id Ats-Tsaghrai dan Syeikh Ahmad bin Muhammad bin Zakaria dan beliau berdua berkata: Kami pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Ali bin Ibrahim Asy-Syaqiqi dan beliau berkata: Aku pernah menanyakan hal itu kepada Syeikh Abu Ya’qub Asy-Syaruthi, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh AHmad bin Ghassan dan beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Ahmad bin ‘Atha’ Al-Hujaimi, beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Syeikh Abdul Wahid bin Zaid dan beliau berkata: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Imam Hasan Al-Bashari, beliau menjawab, Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a, beliau menjawab: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW ikhlas itu apa, beliau menjawab: Aku pernah menanyakan tentang ikhlas itu kepada malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab: Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Allah Rabbul ‘Izzaah, dan IA menjawab:“IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg KUtitipkan di hati hambaKU yg Aku cintai.”