Sabtu, 05 November 2016

Tresna

Salah seorang teman yang belakangan mengaku sering dan senang membaca tulisanku, meminta untuk dituliskan sesuatu tentang cinta. Sepertinya aku pernah menuliskannya di artikel Bentuk Cinta pun tentang kerinduan dengan judul Rindu. Mungkin bukan cinta seperti itu yang sedang ia cari, lalu apa? Pacaran? Cinta sesama anak manusiakah yang dia maksud?

Agak lucu rupanya menimbang permintaan itu, mengingat betapa lama aku tak merasakan manisnya mencinta dan dicinta. Oh cinta... tak akan kusangkal perkataan Sujiwo Tejo bahwa mencintai itu sebuah takdir.


Aku percaya cinta itu takdir, sudah digariskan dan tak akan mampu kita mengingkarinya. Cinta itu tumbuh dengan sendirinya, cinta itu berakar dari hati, cinta itu tidak sistematis yang bisa ditujukan untuk siapa, cinta itu seketika, dalam kata lain benar jika disebut jatuh cinta... tak ada yang pernah berencana untuk jatuh, pun dalam hal cinta. 


Ada ungkapan bahwa 'Cinta tidak harus memiliki'. Mungkin benar.. Bukankah cinta itu memang tumbuh sebelum kita memiliki mereka yang dicinta? Dan bagaimana jika kita memang tidak akan pernah memiliki mereka yang telah kuat menanamkan benih cinta di hati kita? Sakit memang, karena cinta itu memang menyakitkan, tapi mencintai bukan untuk menyakiti. Tuhan itu Maha Asik... Ia menciptakan banyak orang hanya untuk singgah dalam hati kita lalu pergi dan bukan untuk dimiliki.


Sedemikian misteriusnya cinta hingga aku merasa mumet memikirkannya... ah, tunggu. Cinta tidak untuk dipikirkan, cinta untuk dirasakan.